Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillahi
robbil 'alamin. Segala puji hanya milik Allah SWT atas segala nikmat, rahmat
dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “MUSIK TRADISIONAL DAERAH SULAWESI SELATAN”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti pendidikan yang tengah saya laksanakan. Saya juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak terutama ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga makalah ini berhasil diselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti pendidikan yang tengah saya laksanakan. Saya juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak terutama ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga makalah ini berhasil diselesaikan.
Kepada segenap
pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan serta kesabaran dalam
memberikan bimbingan kepada penulis, rasanya tiada kata yang pantas diucapkan selain
terima kasih yang tak terhingga.
Tiada gading
yang tak retak andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran, begitupun dengan
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui
kata pengantar ini saya sangat terbuka menerima kritik serta saran yang
membangun sehingga secara bertahap saya dapat memperbaikinya.
Namun demikian
saya sangat berharap kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi yang besar terhadap perkembangan seni. Aamiin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
....................................................................
Daftar isi
..............................................................................
BAB I :
Pendahuluan .............................................
Pendahuluan .............................................
BAB II :
Isi ...............................................................
Isi ...............................................................
a. Fungsi dan latar belakang musik tradisional daerah setempat .............
b. Jenis – jenis musik tradisional daerah setempat
........................
c. Jenis – jenis alat musik tradisional daerah setempat ..................
d. Tokoh – tokoh musik tradisional daerah setempat
........................
BAB III :
Penutup .....................................................
Penutup .....................................................
a. Kesimpulan ..............................................
b. Saran
................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari alat
musik Tradisional diperlukan hal dan bakat tertentu ataupun dengan cara belajar
dengan tekun,kita sebagai manusia tentu kita mempunyai kelebihan - kelebihan
tertentu,pada kelebihan yang kita miliki kita tentu ingin akan lebih tingkatkan
dan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain tentu kita tertarik,untuk
mempelajarinya maka dari itu kita sebagai manusia saling melengkapi atau saling
membutuhkan seperti pula alat musik juga saling melengkapi,perpaduan antara
alat musik yang satu dengan alat musik yang lain. , contoh bahwa perkembangan
music semakin maju,selain itu faktor kemauanlah yang sangat mempengaruhi
ketertarikan seseorang terhadap seseorang terhadap alat musik,kemudian faktor
penyedian alat musik yang dibutuhkan juga dapat mempengaruhi karena bila mana
tidak ada alat musik yang tersedia maka sangat sulitlah seseorang mempelajari
cara memainkan suatu alat musik.
B. Tujuan Mengamati
Alat Musik Tradisional
Dalam kehidupan sehari
hari kita sering memperhatikan seseorang yang memainkan Alat Musik dan disaat
melihat hal tersebut pastilah kita merasa tertarik ,maka dari itulah kita
mengamati alat musik dan adapun tujuan kita mengamati alat musik tradisional
yaitu untuk mengetahui asal,bentuk,cara memainkan,bunyi dan nilai seninya,
maksud dari mengamati mengetahui asalnya berarti kita ingin mengetahui
asal/tempat alat musik tersebut,mengetahui bentuknya berarti kita merasa ingin
mengetahui model/bentuk alat musik tersebut cara memainkannya berarti rasa
ingin tahu terhadap tatanan cara memainkan dan mempertunjukkan alat musik yang
kita mainkan. Bunyi artinya kita ingin mengetahui irama bunyi dari alat musik
yang kita amat Nilai seninya bermaksud apakah alat musik tersebut memiliki
nilai seni yang tinggi atau kurang dan lain-lain.
BAB II
ISI
A. FUNGSI
DAN LATAR BELAKANG MUSIK TRADISIONAL SULAWESI SELATAN
Fungsi Musik (tradisional)
Ø Fungsi Individual
Melalui musik
seseorang dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gejolak jiwa, perasaan, atau
kegalauan yang terpendam dalam dirinya. Melalui syair lagu yang diubahnya,
seniman musik dapat mengkritik atau memprotes kondisi yang ada dilingkungannya,
serta dapat pula mengungkapkan rasa cinta dan kekagumannya terhadap sesame
manusia, alam, dan sang pencipta. Jadi seni apapun termasuk seni musik yang dapat
dipakai sebagai media ekspresi yang dapat membaerikan kepuasan batin bagi
pencipanya.
Ø Fungsi Sosial
Musik memiliki
peran yang besar dalam kehidupan manusia. Hal itu dapat kita saksikan dimana
musik sering diperdengarkan pada sebuah upacara adat, upacara kenegaraan,
penyambutan tamu, pesta, dan lain-lain. Apakah yang akan terjadi apabila suatu
pesta rakyat tanpa musik? Tentunya pesta itu tidak akan meriah. Sebuah
pertunjukan tari akan kacau apabila secara tiba-tiba musik yang mengiringinya
berhenti ditengah jalan. Hal yang sama akan terjadi pada gereja tanpa lonceng
atau litany, atau masjid tanpa bedug. Hal tersebut tentunya akan kehilangan roh
kekhidmatannya.
Bagi masyarakat, kehadiran seni musik memiliki bermacam-macam fungsi social, diantaranya sebagai berikut.
Bagi masyarakat, kehadiran seni musik memiliki bermacam-macam fungsi social, diantaranya sebagai berikut.
ü Media Rekreasi atau Hiburan
Sebuah pagelaran
musik ternyata mampu menciptakan kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan
pembaruan kondisi yang telah ada. Dalam hal ini, musik memasuki psikologi
kegembiraan massa sehingga mampu menghilagkan perasaan jenuh dan bosan
terkurung dalam kerutinan kehidupan. Melalui syair dan iringan musik, kita
dapat menikmati keindahannya.
ü Media Komunikasi
Selain
menggunakan bahasa verbal atau visual, jalinan komunikasi antaretnis, bahkan
antarnegara bisa dilakukan dengan seni musik. Saat ini terdapat fenomena baru
dalam mempertemukan karya pemusik tradisional dengan pemusik modern yang
disebut dengan kolaborasi. Melaliu bahasa musik, syair lagu serta alunan musik,
pesan-pesan tertentu dapat disampaikan dengan lebih indah.
ü Media Pendidikan
Diantara tujuan
pendidikan adalah membentuk manusia berbudi pekerti luhur. Secara filosofis
titik tekannya adalah obyek nilai dan moral pada diri anak tersebut. Seni dapat
dimanfaatkan untuk membimbing dan mendidik mental serta tingkah laku seseorng
agar berubah menjadi kondisi yang lebih baik, antara lain memperhalus perasaan,
bersikap santun, berprilaku lemah lembut, bermoral mulia, dan berbudi pekerti
luhur.
ü Media Pemujaan
Musik (vocal)
memainkan peranan penting alam kegiatan beribadah atau kegiatan keagamaan,
seperti pemujaan kepada kepada sang Pencipta seperti yang dilakukan di Pura,
Gereja, atau Masjid. Dalam agama islam, lagu-lagu pujian banyak diiringi dengan
pukulan rebana, sedangkan di Gereja didiringi dengan piano, gitar atau alat
msik .
LATAR BELAKANG MUSIK TRADISIONAL
Musik
yang telah lama hidup dan berkembang di Negara Indonesia yang tercinta ini,
diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan memiliki nsifat turun-temurun
secara tradisional dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dari proses
pewarisan yang turun temurun inilah musik jenis ini hidup dan berkembang sampai
saat ini. Musik-musik ini sering disebut dengan istilah musik tradisioal yang
tersebar di seluruh Indonesia. Karena musik tradisional yang ada di Indonesia
merupakan hasil karya cipta setiap suku bangsa (Batak, Dayak, Mentawai, Papua,
Riau, Sunda, Jawa, Bali, dan sebagainya) yang hidup di bumi ini. Maka banyaknya
jenis musik yang ada di tentukan oleh jumlah suku bangsa Indonesia yang cukup
banyak. Selain itu, setiap suku bangsa yang hidup di Indonesia memiliki jenis
musik yang berbeda dengan musik yang berkembang pada suku-suku bangsa lainnya
di Negeri ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musik tradisional adalah
merupakan kekayaan dan cirri khas dari masyarakat suku dan daerah pemiliknya
Berdasarkan
jenisnya musik terbagi menjadi dua, yaitu musik tradisional dan musik modern.
Musik tradisional disebut juga misik daerah , yaitu merupakan jenis msik yang
muncul atau klahir dari budaya daeraqh secara turun temurun. Biasanya lirik
lagu tradisional bersifat sederhana. Demikian pula dengan peralatan yang
digunakan masih bersifat sederhana, kecapi, seruling, dll.
Hampir setiap daerah di wilayah nusantara memiliki musik daerah atau musik traisional dengan lagu serta peralatan yang berbeda-beda. Pada numumnya, musik daerah di Indonesia masih sedrhana dan kental dengan unsure kedaerahannya.
Hampir setiap daerah di wilayah nusantara memiliki musik daerah atau musik traisional dengan lagu serta peralatan yang berbeda-beda. Pada numumnya, musik daerah di Indonesia masih sedrhana dan kental dengan unsure kedaerahannya.
B. JENIS
– JENIS MUSIK TRADISIONAL SULAWESI SELATAN
1.
KESOK - KESOK
Kesok-kesok adalah
nama instrumen gesek berdawai satu dari Sulawesi Selatan yang dimainkan secara
vertikal sambil duduk oleh satu orang sambil bernyanyi atau bertutur. Menurut
Ensiklopedi Musik Indonesia dan salah satu referensi lainnya, kesok-kesok bisa
jadi merupakan instrumen tertua dan paling sederhana (primitif) di Sulawesi.
Alat musik ini biasa digunakan dalam salah
satu tradisi seni khas Sulawesi yang disebutsinrilik.
Pemainnya biasa disebut sebagai pasinrilik. Di masa
awal kelahirannya sekitar abad ke-15, sinrilik biasa digunakan sebagai penyampai
pesan raja dari istana. Di masa-masa berikutnya sinrilik mulai
menyajikan kisah epik seputar hikayat dan legenda yang dinyanyikan semalam suntuk.
Cerita sinrilik tersusun
secara puitis, yang didalamnya disisipkan humor dan kritik sosial. Kesenian ini
dimainkan secara spontan dan terbuka kemungkinan bagi penonton untuk
berkomentar, sehingga ada unsur interaktif dan improvisasi dalam penuturannya.
Musik kesok-kesok ini
sendiri sangat sederhana. Biasanya nada-nada yang dimainkan hanya
berputar-putar secara bebas di empat atau lima nada tanpa oktaf. Berikut ini
adalah contoh transkripsi bebas kalimat musik dari nyanyian dan permainan kesok-kesok dari CD
Discover Indonesia:
Bentuk kalimat-kalimat musik kesok-kesok ini
sangat mirip dengan Gregorian Chant di abad pertengahan, khususnya yang
berbentuk liturgical recitative.
Termasuk penggunaan empat nada utama tetrachord-nya yang
dimainkan secara bebas tanpa ketukan maupun birama, mengikuti penuturan cerita.
Untuk lagu kesok-kesok di
rekaman ini, nada yang digunakan hanya berputar-putar di:
(F#) – G – A – B – C
Dengan tonik di G, secara tension
bow dapat
didengar perpindahan nadanya hanya melulu bergerak di harmoni Subdominant
ii yang
kemudian di-resolve ke Tonik
I. Kalimat musik biasa dimulai dari ii atau A. F# digunakan hanya
sebagai leading note sebelum
ke tonik G.
2.
Passuling
a.
Ciri-ciri : Biasanya
dilantunkan pada acara pedukaan.
Biasanya diiringi dengan alat musik
suling dari toraja (suling lembang) dan biasanya dimainkan oleh pria.
b.
Instrumen yang digunakan : Suling
Lembang
c.
Fungsi : Biasanya
digunakan untuk mengiringi lantunan lagu duka (pa’marakka) dalam menyambut
keluarga atau kerabat yang menyatakan dukacitanya. Atau dapat juga dimainkan di
luar acara kedukaan, bahkan boleh dimainkan untuk menghibur diri dalam keluarga
pedesaan sambil menunggu padi menguning.
3.
Paggambusu (musik gambus)
a.
Ciri-ciri : Musik
ini biasa dijumpai pada acara pernikahan. Musik gambus
identik dengan musik islami karena nuansa musiknya terasa lembut dan bernada
dasar realigi. Musik gambus
sudah jarang ditemukan,khususnya didaerah kabupaten Pangkep karena umumnya
masyarakat modern kini lebih dominan menyukai musik-musik
modern,seperti:elekton,orkes,band pop dll. Kesenian musik ini lebih
mengutamakan alat musik gambusnya daripada instrument pendukung yang
lain.sehingga,apabila didengar dari jarak jauh hanya gambusnya yang terdengar.
b.
Instrumen yang digunakan : Gambus,
Rebana, Kerinci, Suling
bambu
c.
Fungsi : Sebagai
sarana hiburan untuk masyarakat agar kelestarianya tetap terjaga. Dahulunya
musik ini berfungsikan untuk menghibur para keluarga Karaeng yang dimainkan
oleh para budak.namun,sekarang semua orang bisa menikmati musik ini.
4.
Musik Sinrilik
a.
Ciri-ciri : Berupa sastra Makassar yang berbentuk prosa yang cara penyampaiannya
dilagukan secara berirama baik dengan menggunakan alat musik maupun tanpa
menggunakan alat musik. Biasanya diiringi dengan alat
musik tradisonal Makassar seperti alat musik Kesok-kesok (alat musik sejenis
rebab). Musik Sinrilik biasanya berisi
pesan atau nasehat, kisah perjuangan. Musik Sinrilik ini juga dapat dijadikan
sebagai musik penghibur bagi komunitas yang telah ditinggalkan oleh kerabat
atau keluarganya.
b.
Instrumen yang digunakan : Gendang,
Kesok – Kesok
(Rebab)
c.
Fungsi : Biasanya
digunakan pada acara kematian atau kedukaan. Dapat pula dijadikan sebagai
hiburan bagi orang yang ditinggalkan.
5.
Pakkacaping (I)
a.
Ciri-ciri : Menggunakan
alat musik kecapi sebagai alat musik yang utama. Kesenian musik ini biasa
dijumpai pada upacara adat kekaraengan,acara-acara resmi dan acara pernikahan. Musik
kecapi ini biasanya diikuti oleh satu atau dua orang penyanyi yang berbalas
pantun melalui nyanyian dengan cara mengikuti syair musiknya . Meskipun musik
ini mempunyai penyanyi namun kesenian musik ini lebih mengutamakan syair alat
musik kecapinya. Dalam hal ini,penyanyi hanya berperan sebagai pelengkap irama
agar musik ini terasa merdu didengar dan lebih hidup.
b. Instrumen yang digunakan : Kecapi
Instrumen pelengkapnya : Kerinci, Gendang, Rebab dan Suling bambu
c.
Fungsi : Untuk
melestarikan kebudayaan masyarakat sulawesi selatan. Sebagai sarana hiburan
masyarakat agar kelestarianya tetap terjaga.
6.
Pakkacaping (II)
a.
Ciri-ciri : Kesenian
musik ini biasa dijumpai pada acara pernikahan khusus untuk keturunan berdarah
biru atau keturunan Karaeng,Andi atau Daeng. Musik ini biasa dijumpai pada
upacara adat kekaraengan dan acara-acara resmi lainya seperti penyambutan tamu
terhormat. Musik ini juga tidak sembarangan orang bisa mempergelarkannya hanya
orang-orang yang berketurunan darah biru yang bisa mempergelarkannya. Musik ini
juga bisa dipergelarkan apabila sangat perlu ,tapi jika acara tersebut tidak
harus membutuhkan musik penpangganrang, maka musik ini tidak boleh sama sekali
dipertunjukkan.
b.
Instrumen yang digunakan : Gendang,
Gong, Suling bambu, Gambang, Pui-pui (semacam terompet)
c.
Fungsi : Musik
ini biasa dijumpai pada acara pernikahan. Musik gambus
identik dengan musik islami karena nuansa musiknya terasa lembut dan bernada
dasar realigi. Musik gambus
sudah jarang ditemukan,khususnya didaerah kabupaten Pangkep karena umumnya
masyarakat modern kini lebih dominan menyukai musik-musik
modern,seperti:Electone,Orkes,BandPop dll. Kesenian musik ini lebih
mengutamakan alat musik gambusnya daripada instrument pendukung yang
lain.sehingga,apabila didengar dari jarak jauh hanya gambusnya yang terdengar.
7.
Pa’pelle/Pa’barrung
a.
Ciri-ciri : Alat
musik yang digunakan terbuat dari batang padi
dan disambungkan sehigga mirip terompet. Biasanya digunakan dalam upacara
pentahbian rumah adat (Tongkaonan).
b.
Instrumen yang digunakan : Alat
musik yang terbuat dari batang padi
c.
Fungsi : Pa'barrung
biasa dimainkan pada upacara pentahbisan rumah adat (Tongkonan) seperti
Ma'bua', Merok, Mangara dan sejenisnya.
8.
Pa’pompang/Pa’bas
a.
Ciri-ciri : Merupakan
bambu yang pagelarannya merupakan satu simponi orkestra. Biasanya dimainkan
oleh banyak orang biasanya murid-murid sekolah di bawah pimpinan seorang
dirigen. Biasanya diiringi dengan lagu-lagu nasional, lagu-lagu daerah Tana
Toraja, lagu-lagu gerejawi, dan lagu-lagu daerah di seluruh Indonesia.
b.
Instrumen yang digunakan : Alat
musik tradisional Toraja.
c.
Fungsi : Musik
bambu jenis ini sering diperlombakan pada perayaan bersejarah seperti hari
peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Peringatan Hari Jadi tana Toraja.
9.
Gendrang Pamanca
a.
Ciri-ciri : Didominasi
dengan alat musik pukul, umumnya ditabuh menggunakan stik (pa’babbala).
b.
Instrumen yang digunakan : Gendang,
Gong, Anaq Beccing, Pui-pui
c.
Fungsi : Sebagai
perangkat pelengkap upacara adat.
10.
Gandrang Bulo
a. Ciri-ciri : Biasa dimainkan berkelompok dan dijadikan tarian khas.
b.
Instrumen yang digunakan : Alat
musik yang terbuat dari bambu : Gendang, Kecapi
c.
Fungsi : Sebagai
sarana hiburan. Sebagai pelengkap upacara adat. Maupun pada acara-acara
tertentu
11.Rampak
Gendang
a.
Ciri-ciri : Dimainkan
dengan dominasi gendang.
b.
Instrumen yang digunakan : Gendang,
Pui-pui, Kecapi
c.
Fungsi : Sebagai
sarana hiburan.
C. JENIS – JENIS ALAT MUSIK
TRADISIONAL
Gendang/Genrang/Ganrang
Bahannya dibuat dari kayu seperti kayu batang pohon
cendana, kayu batang pohon nangka, kayu batang pohon kelapa dan kayu jati.
Pilihan bahan dalam pembuatan gendang tersebut karena disamping ketahanannya
juga karakter bunyi yang dihasilkannya karena kayu tersebut berfungsi sebagai
tabung suara atau ruang resonansi.
Gendang tersebut, disekat oleh kulit hewan (kulit
kambing) sebagai sumber bunyi dan rautan rotan kecil yang dibelah empat sebagai
penarik sekat atau pembentang kulit kambing tersebut untuk mendapatkan
hasil bunyi yang diinginkan.
Fungsinya:
1. Gendang Besar (Ganrang Pakballe)
Sebagai media spiritual ke transcendental pada setiap
upacara-upacara ritual seperti pada pencucian benda-benda pusaka kerajaan
(Gowa), upacara perkawinan pada prosesi akpassili (pembersihan) dan akkorongtigi
(malam pacar), upacara assongkabala (tulakbala), khitanan.
2. Gendang Tengah (Ganrang Pakarena)
2. Gendang Tengah (Ganrang Pakarena)
Sebagai sarana hiburan, mengiringi tari-tarian,
upacara perkawinan, sunatan ataukah dihadirkan di depan tamu-tamu agung.
3. Gendang Kecil (Ganrang Pamanca)
3. Gendang Kecil (Ganrang Pamanca)
sebagai musik pengiring seni beladiri atau pencak
silat dan paraga (permainan akrobat bola takrow).
pada upacara ritual, tabuhan gendang disertai tiupan serunai (puik-puik), dan tabuhan gong.
pada upacara ritual, tabuhan gendang disertai tiupan serunai (puik-puik), dan tabuhan gong.
SULING
1.
Suling Ponco’ (suling pendek), adalah suling
yang memiliki 6 (enam) lubang nada. Pada masyarakat Sinjai suling ponco’
disebut juga suling kambara (kembar) dalam penyajiannya dilengkapi
dengan nyanyian-nyanyian seperti: buruda, donda, lenggang-lenggang, si jauh la
malang, ammacciang, dan lain-lain.
2.
Suling Lampe (suling panjang). Suling lampe agak
lebih panjang dari suling ponco’ memiliki 5 (lima) lubang nada. Pada
ujung suling lampe ditambahkan tanduk kerbau yang berfungsi sebagai
corong pembesar suara.
3.
Suling Lontarak, adalah suling yang
memiliki 4 (empat) lubang nada. Pada masyarakat Barru suling lontarak selain
untuk menghibur masyarakat juga berfungsi seagai sarana ritual meong palo
(naskah kuno suku Bugis). Suling lontarak dibunyikan disertai dengan
nyanyian-nyanyian yang syairnya berisikan tentang petuah-petuah dan nasehat
leluhur.
4.
Suling Bulatta pada masyarakat Sidenreng
Rappang sebagai sarana hiburan yakni disamping sebagai alat instrument pelipur
lara untuk kalangan sendiri juga digunakan sebagai alat pengiring tari,
pengiring lagu-lagu.
5.
Suling Baliu, bagi masyarakat Soppeng
menjadi musik pelipur lara di kala suntuk. Menghilangkan kejenuhan di kala
menjaga kebun, dan memberikan efek ketenangan hati (terapi otot). Adapun lubang
nada pada alat musik ini terdiri atas 4 (empat) lubang nada dan menyerupaijenis
suling ponco’ namun sedikit lebih pendek.
6.
Suling Lembang (suling panjang) pada masyarakat
Toraja berfungsi ritual karena hadir pada saat pelaksanaan upacara rambu
solo (upacara kedukaan) yang dimainkan bersamaan dengan gong dan nyanyian
(vocal). Suling lembang ditambahkan tanduk kerbau pada ujungnya sebagai
corong pembesar suara.
Kecapi
Kecapi merupakan salah satu bentuk alat musik tradisional Sulawesi Selatan.
Termasuk dalam rumpun alat musik chordophone atau alat musik yang
bersumber bunyi dari dawai/senar. Dahulu kecapi sangat digemari dikalangan tua
dan muda, dapat menjadi pelipur lara dikala gundah ataupun teman bersuka ria.
Kecapi juga menjadi sahabat dekat bagi para petani yang sedang menunggui sawah
ataupun para pelaut yang sedang berlayar di tengah samudera.
Seiring perjalan zaman pemainan
kecapi sebagai sarana hiburan tampil lebih fleksibel berdasar pada permintaan
masyarakat. Kecapi dapat dimainkan oleh satu orang dapat juga secara
berkelompok dalam bentuk ansambel sejenis. Juga dapat dimainkan bersama dengan
alat musik tradisional lainnya seperti gendang, suling, lea-lea, gong, biola,
mandaliong, katto-katto dan lain-lain. Adakalanya disertai penyanyi laki-laki
atau penyanyi perempuan. Permainan kecapi juga digunakan sebagai pengiring
tarian.
Permainan kecapi hadir pada
upacara-upacara seperti perkawinan, sunatan, acara kenegaraan dan lainnya.
Adapun bahan pembuatannya dari batang pohon kayu cendana, kayu nangka dan kayu
jati. Alat musik ini terdiri atas 2 (dua) senar/dawai dengan masing-masing
senar memiliki stem yang berbeda. Dahulu, kecapi dalam masyarakat terdiri atas
3(tiga) grep namun mengalami perkembangan menjadi 4-6 grep.
D. TOKOH – TOKOH MUSIK TRADISIONAL
Tiga tokoh generasi kedua yang
masih aktif hingga saat ini adalah :
1. Muhammad Saini atau dikenal dengan nama La Bangkini (to
Lairung)
2. La Tambasa (to Tempe)
3. I Kurdia (to awakaluku Tempe)
Ketiga tokoh utama tersebut
dalam pertunjukannya sering dibantu oleh generasi ketiga dan keempat. Generasi
ketiga, yakni :
1. La Fire (anak kandung La Bangkini to Lairung)
2. Nur Alang (anak kandung La Tambasa to Tempe)
3. Andi Aribe (to Toddang Salo’ Liu)
4. Mustaring (pa’soling to Sengkang)
5. Abdul Rahim (to Sengkang)
6. Andi Agussalim AJ (to Sabbangparu)
sedangkan generasi keempat,
yakni:
1.
Andi
Ardinangsyah (anak kandung Andi Aribe to Toddang Salo’ Liu).
BAB III ISI
A. KESIMPULAN
Bila
kita amati kita hanya bisa menikmati keindahan bunyinya saja,tetapi kita juga
bisa mencoba memahami pesan yang terkandung didalamnya,ciri khas,fungsi dan
kegunaan,sejarah dan perkembangan tari tersebut serta hubungan musik dalam
kehidupan manusia. Selain itu fungsi dan bentuk alat musik itu
berbeda-beda/tidak sama dengan alat musik lainnya baik dari segi bentuk,asal,bunyi
hingga cara memainkanya. Jenis – jenis
musik di Sulawesi Selatan berbeda – beda, contohnya : musik kesik-kesok, musik
sinrilik, pakacaping, dan masih banyak lagi. Bukan hanya jenis musik yg berbeda
tetapi alat musiknya jg yg berbeda, seperti : kecapi, suling, gendang, dan
masih banyak lgi. Di Sulawesi terdapat tokoh musik tradisional antara lain : Muhammad Saini atau
dikenal dengan nama La Bangkini (to Lairung), La Tambasa (to Tempe), I Kurdia
(to awakaluku Tempe), La Fire (anak kandung La Bangkini to Lairung), Nur Alang
(anak kandung La Tambasa to Tempe), Andi Aribe (to Toddang Salo’ Liu),
Mustaring (pa’soling to Sengkang), Abdul Rahim (to Sengkang), Andi Agussalim AJ
(to Sabbangparu), Andi Ardinangsyah (anak kandung Andi Aribe to Toddang Salo’ Liu).
GAMBAR ALAT MUSIK TRADISIONAL BUGIS SULAWESI SELATAN
alat musik tradisional sulsel |
alat musik tradisional sulsel |
kecapi |
kecapi |
gendang/gendrang |
suling |
GAMBAR TOKOH – TOKOH MUSIK TRADISIONAL BUGIS SULAWESI
SELATAN
GAMBAR
MUSIK TRADISIONAL DAERAH SULAWESI SELATAN
pa' barrung |
pa' pompang |
pa' suling |
paggambusu |
9 Comments
IZIN COPY YAHH KAA UNTUK TUGASSS... MAKASIH BANYAAK YAH UDAH SHARE :)))))
ReplyDeletesilahkan :)
Deletemakasih kk postingannya,,, akhirnya tgs sya selesai berkat potingan ini
ReplyDeleteiya, sama-sama
Deletemakasih banyak yahhh kak udah share :)
ReplyDeleteiya, sama-sama
Deletetrimakasih atas infonya...
ReplyDeleteminta izin copas, menambah pengetahuan tentang musik ... sukses selalu...
iya
DeleteBagus artikelnya.. Terima kasih banyak sudah share :)
ReplyDelete